Monday, August 03, 2009

SEORANG PELUKIS

( Puisi Buat Aris Aziz dan Pelukis- pelukis Pasar Budaya)

Terus bergelut
diantara keterbatasan upaya
melahirkan sketsa suasana
bagai daun-daun harapan
berterbangan hanya rasa
dari seluruh coretan alam
di padang padang pengalaman
hanya warna-warna kering
kian membeku
sekadar kemampuan
apalah daya
tertewas lagi di arena
tenggelam dalam tepukan
apalah ertinya kini
aku sudah tidak berdaya

terpaku terpanggang
diantara ranjau perhitungan
terus mengenggam sepantasnya
berus yang patah
tertikam berdarah menunggu rebah
tapi bukan bermakna
untuk terus dikalungkan indah
kerana api didada ini
akan terus membakar
belantara mimpi kita
selamanya

kerana waktu itu
sangat berharga
walau pun payah untuk dijeda
seluruh kesakitan
begitu banyak luka- luka
ingin kulemparkan sejauhnya
dari desir sedu hela
tanggismu kekasih
aku sudah begitu lama tersiksa
dan aku sudah terlalu tua
disanggar hitam putih penjara.

12 comments:

abuyon said...

Salam kenal dari saya. Untuk saudara gopabahari, terimalah sajak dari saya -

Kalam Penyair

Sejahtera untukmu wahai diri
Seorang penyair dengan kalam
Terlukis di kanvas rasa terpendam
Penuh suci dan berdenyut dalam

Cantik halamanmu wahai penyair
Bagai taman yang indah mekar
Penuh harum dan juta-juta warna
Ada kumbang singgah sebentar
Beroleh rasa sampai ke tasik fana

Akan puisimu wahai penyair
Ini pesanku si fakir hina
Meniti bicara atas lidah Masuri
Sebagai penyair kita harus berwatak jelas
Kita harus berotak waras
Harus berani dilempari bunyi
Harus sanggup dihinggapi tuli

Dari tarikan nafas,
abuyon
Madrasah Sains
11 Jun 99 2.30 pagi

Jemput baca di http://hijau-tinta.blogspot.com

GHAFAR BAHARI said...

Salam kembali Saudara Abuyon, Terima kasih kerana puisi saudara yang datang menghiasi laman blog ini. juga teguran yang bermakna.

Cahaya Kekasih said...

sajak bila pulak ni uncle? tak tidur tulis sajak pulak ye....tak melukis..hehe

GHAFAR BAHARI said...

sajak ni buat spontan masa kat pejabat,buat uncle Aris yang sakit. Saya teringat bagaimana susahnya perjuangan pelukis pelukis di Pasar Budaya dulu.Dulu saya sering ke sana lepas pejabat hingga lewat malam.baca puisi dan melukis.

Cahaya Kekasih said...

owh..ingat uncle yang mengeluh tertalu tua...hehe....

uncle aris memang terlalu kuat bekerja kot....sakit2 dah...

nanti saya buat kad....letak puisi ni ye...

GHAFAR BAHARI said...

ok.

GHAFAR BAHARI said...

malam tadi lukis gambar saya tapi belum siap bersongkok dan berbaju melayu macam ketua kampung( Pak Lurah) je.

Cahaya Kekasih said...

tak adil ni...lukis gambar sendiri...patut lukis saya sekali..heheh...

ala bosan la.....tak dapat kacau uncle melukis lagi...hehe...sms pun uncle tak dapat....

Cahaya Kekasih said...

saya letak puisi ni kat note facebook saya....supaya kawan2 uncle tu dapat baca..hehe...uncle ghani suke poem ni...

Unknown said...

puisi 104: terima kasih seniman
3 Ogos 2009
~coretan buat saudara Gopa dan teman teman pelukis~

bagai bayi naïf
kanvas putih itu
kusam, kuning dan tohor
menanti ditiupkan roh
lewat warna warna yang cair
dihujung jarimu

calit calit berus
menari dan bercerita
tentang segalanya
yang terpatri
lewat mata seni
yang memandang faham

seniman
kami yang memerhati
adalah pengungsi haus
yang sirna dahaganya
lewat tiap lakaran
yang tersahut
oleh tajam hatimu

terima kasih
kerana hadir
memberikan nyawa
pada kanvas putih
tak berwajah

mawar marzuki

~saya jadi posmen tanpa gaji sebab aunty mawar tak boleh nak comment kat cini...uncle bagi permission kat orang yang ada google account je...huhu....

GHAFAR BAHARI said...

Terima kasih pada Mawar Marzuki dengan karya puisi yang sangat bagus ini.Terima kasih juga buat Cahaya Kekasih yang mengirimkannya.Best sangat.- Gopa

Cahaya Kekasih said...

kasih diterima, uncle...