Inilah lorong lorong sunyi
kulalui kolong kolong hitam
kudengar jerit perih kasih
meronta merengkuh malam
apakah yang telah terjadi
sehingga tenggelam bersama
kepahitan kalut kota cinta
di mana kah kasihku itu
yang hanyut di deras
laut bergelora
lupakah dia padaku
di bawah pohon teruji ini
sekian waktu menunggu
membilang jari
meratapi mimpi
berguguran daun daun
kekeringan
lupakah dia
pada singkat masa berlalu
yang memenjarakan
usia kita
sehingga mungkin
tidak lagi dapat bertemu
hanya tinggal sisa
sepihan
detik detik waktu
saat demi saat.
4 comments:
setidak-tidaknya pandanglah aku
walau sedetik
agar kelembutan cahaya perkasihan itu
larut ke dalam jiwaku
bagaimanakah harus aku ceritakan
perihal dunia yang merantai jemariku
kala jiwaku menjerit
meronta
kerinduan yang tertangguhkan
hanya untukmu
melangsaikan
andainya
di telapak tanganku kunci
akan aku datang ke gerbangmu
membebaskan sekian waktu
yang memenjarakan
kamu
dan launganmu
mendera siang malamku
yang juga merindu
adakah kau tahu...?
berguguran dedaunan
pada tiap satunya
telah aku anyam
urat garisnya
peta
menuju aku
sedarkah kamu
kewujudan warkah cintaku itu?
Setiakasihku
aku sedar akan gelodak jiwamu
tidak terkecuali
aku juga meronta ronta
memangil namamu
pada setiap waktu yang berlalu
mengapakah aku
begitu gelisah dan bimbang
Setiakasihku
maafkanlah aku.
aku sering ada
cuma terpenjara
rasa dan raga
tersangkar
jaringan tugasan realiti
mendesak
keutamaan
dari kehendak jiwa
sendiri
jatuh menjadi yang kedua
andai mencintai itu
kesalahan
maka
maafkan aku juga.
Setiakasih
kerjakanlah tugas mu dulu dengan sempurna.
Post a Comment